Wednesday 11 February 2015

GP Ansor tolak Tes Keperawanan

Sejumlah anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kabupaten Jember, Jawa Timur, Senin (9/2/2015), mendatangi gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat. Mereka menolak rencana tes keperawanan dan keperjakaan yang akan dimasukkan ke rancangan peraturan daerah (perda) “Akhlakul Karimah”.
Saat tiba di gedung dewan, anggota Banser itu ditemui anggota Komisi D dan Wakil Ketua DPRD Jember Ayub Junaidi. Menurut Wakil Ketua GP Ansor Jember, Hafit Ali, praktik tes keperawanan akan menimbulkan diskiriminasi di kalangan perempuan. Sebab, akan sulit untuk melakukan tes serupa terhadap kaum pria.
“Tes serupa hampir tidak mungkin dilakukan terhadap laki-laki, sehingga secara sosiologis simbol kesucian dibebankan kepada perempuan, bukan laki-laki. Kondisi selaput dara dengan mudahnya dijadikan pembeda, sehingga muncul sebuah stigma antara perempuan baik-baik dan perempuan nakal,” imbuh dia.

Sayembara Logo Muktamar NU

Panitia Muktamar NU ke-33 mempersilakan masyarakat untuk mengirimkan karya berupa logo menarik yang menggambarkan semangat Muktamar NU 2015.
Panitia menerima kiriman logo paling lambat pada 15 Februari 2015. Pihak panitia sudah menyediakan hadiah bagi pemilik logo yang dinilai mendekati kriteria yang ditentukan.
Demikian dikatakan Ketua PBNU H Slamet Effendi Yusuf usai memimpin rapat kepanitian Muktamar NU 2015 sebagaimana dikutip dari NU Online di Jakarta, Jumat (23/01/2015) sore.
“Pengirim logo harus menerangkan makna dari simbol-simbol yang mereka sematkan pada logo tersebut,” kata H Slamet.

Yang Terbaik di Tengah

Oleh KH Abdurrahman Wahid
Judul diatas diilhami oleh sabda Nabi Muhammad SAW: “ Sebaik-baik persoalan adalah yang berada ditengah “ (khairul-umûri ausâthuha). Ia juga mencerminkan Pandangan agama Budha tentang “jalan tengah” yang dicari dan diwujudkan oleh penganut agama tersebut. Walaupun demikian, judul itu dimaksudkan untuk mengupas sebuah buku karya, tokoh Syi’ah terkemuka Dr. Musa Al Asy’ari, “Menggagas Revolusi Kebudayaan Tanpa Kekerasan” –dalam sebuah diskusi di kampus Universitas Darul Ulum Jombang, beberapa waktu lalu, katakanlah sebagai sebuah resensi, yang juga menunjukan kecenderungan umum mengambil “jalan tengah” yang dimiliki bangsa kita, dan mempengaruhi kehidupan di negeri ini.

Dalam kenyataan hidup sehari-hari, sikap mencari jalan tengah ini, akhirnya berujung pada sikap mencari jalan sendiri di tengah-tengah tawaran penyelesaian berbagai persoalan yang masuk ke kawasan ini. Namun, sebelum menyimpulkan hal itu, terlebih dahulu penulis ingin melihat buku itu dari kacamata sejarah yang menjadi jalan hidup banyak peradaban dunia. Kalau kita tidak pahami masalah tersebut dari sudut ini, kita akan mudah menggangap “jalan tengah” sebagai sesuatu yang khas dari bangsa kita, padahal dalam kenyataannya tidaklah demikian.

Saturday 7 February 2015

19 Desa Kosong Kepala Desa

Saat ini kekosongan jabatan Kepala Desa (Kades) di Kabupaten Purbalingga jumlahnya semakin bertambah, berdasarkan data yang ada di Bagian Tata Pemerintahan (Tapem) Setda Kabupaten Purbalingga, pada akhir tahun 2014 sebanyak  16 Kades yang akhir masa jabatan (AMJ) sudah habis  dan diisi oleh penjabat (pj) kades. Dari jumlah tersebut mereka sudah diberhentikan sudah memasuki purna tugas dengan masa bakti enam tahun, serta satu kades masa bakti 10 tahun.
“Dan memasuki bulan Maret 2015 mendatang, ada sekitar tiga kades yang memasuki AMJ, yaitu kades Babakan Kecamatan Kalimanah, kades Gemuruh Kecamatan Padamara dan kades Karangjambu Kecamatan Karangjambu. Sehingga total kekosongan jabatan kades di Purbalingga ada 19,”tutur Kepala Bagian Tata Pemerintahan (Tapem) Setda Purbalingga Imam Hadi Jum’at (6/2/2015).
Untuk itu, tambah Imam, saat ini sejumlah desa yang kadesnya mengalami kekosongan sudah diisi oleh pejabat kades. Dari 16 pj kades, mereka sudah melaksanakan tugas sejak  Maret tahun 2014 lalu.Sedangkan masa jabatan pj kades adalah enam bulan, dan dan apabila sudah habis tapi belum ada kades definitif dapat diperpanjang.

Wednesday 4 February 2015

GUSDUR dan SANTRI

Santri     : "Ini semua gara-gara Nabi Adam, ya Gus!"
Gus Dur : "Loh, kok tiba-tiba menyalahkan Nabi Adam, kenapa Kang."
Santri     : "Lah iya, Gus. Gara-gara Nabi Adam dulu makan buah terlarang, kita sekarang merana. Kalau Nabi Adam dulu enggak tergoda Iblis kan kita anak cucunya ini tetap di surga. Enggak kayak sekarang, sudah tinggal di bumi, eh ditakdirkan hidup di Negara terkorup, sudah begitu jadi orang miskin pula. Emang seenak apa sih rasanya buah itu, Gus?"
Gus Dur : "Ya tidak tahulah, saya kan juga belum pernah nyicip. Tapi ini sih bukan soal rasa. Ini soal khasiatnya."
Santri   : "Kayak obat kuat aja pake khasiat segala. Emang Iblis bilang khasiatnya apa sih, Gus? Kok Nabi Adam bisa sampai tergoda?"
Gus Dur : "Iblis bilang, kalau makan buah itu katanya bisa menjadikan Nabi Adam abadi."
Santri     : "Anti-aging gitu, Gus?"
Gus Dur : "Iya. Pokoknya kekal."
Santri     : "Terus Nabi Adam percaya, Gus? Sayang, iblis kok dipercaya."
Gus Dur : "Lho, Iblis itu kan seniornya Nabi Adam."
Santri     : "Maksudnya senior apa, Gus?"
Gusdur   : "Iblis kan lebih dulu tinggal di surga dari pada Nabi Adam dan Siti Hawa."
Santri      : "Iblis tinggal di surga? Masak sih, Gus?"